Wednesday, September 18, 2024
APOLOGET ISLAM INDONESIAPERBANDINGAN AGAMA

PERBANDINGAN AGAMA

A. Definisi perbandingan agama

Ilmu perbandingan agama adalah disiplin ilmu yang dapat mengetahui dan memahami gejala-gejala keagamaan dari pada suatu keyakinan dalam hubungan dengan agama lain1

Senada dengan Moh. Rifai, H. A. Mukti Ali menjelaskan bahwa ilmu Perbandingan Agama adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari suatu kepercayaan dalam hubungannya dengan agama lain. Pemahaman ini meliputi persamaan juga perbedaan2

Analisa komparatif tak akan terhindarkan dalam studi perbandingan agama, Hasbullah Bakrie menjelaskan bahwa ilmu perbandingan agama mengajarkan tentang agama-agama baik yang ada penganutnya di negeri kita atau yang tidak ada penganutnya

B. Ilmu perbandingan agama di indonesia

Ilmu ini erat kaitannya dengan berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) pada tahun 1960. dibukanya jurusan perbandingan agama di IAIN di latar belakangi oleh satu kenyataan bahwa ilmu agama, khususnya agama islam, di indonesia saat itu sangat lemah

C. Objek kajian ilmu perbandingan agama

Objek yang pertama adalah agama dalam makna yang luas dan manifestasi agama dalam pikiran, menurut H. Mukti Ali yang mengikuti urian Joachim Wach, bahwa objek Ilmu Perbandingan Agama adalah pengalaman agama. namun yang pasti, objek perbandingan agama itu, menurut A. Mukti Ali, adalah pengalaman agama. Dimana pengalaman agama yang subyektif diobyektifikasi dalam bermacam bentuk ekspresi. Bentuk ekspresi ini dalam :
(a) ekspresi teoritis,
(b) ekspresi praktis, yaitu ibadah dan pelayanan, dan
(c) ekspresi dalam pergaulan

D. Metodelogi perbandingan agama

Mukti Ali berpendapat ada beragam pendekatan atau metode yang digunakan oleh para sarjana ilmu agama. Beberapa metode tersebut adalah:

Pertama, pendekatan kesejarahan (historis)
Kedua, pendekatan sosiologis.
Ketiga, pendekatan fenomenologis
Keempat, pendekatan tipologis.
Kelima, pendekatan “sintesis”.

Sedangkan Zakiah Daradjat, dkk. dalam buku Perbandingan Agama menjelaskan beberapa metode dalam mengkaji agama. Metode-metode yang dikemukakan Zakiah Darajat tersebut sebagian diantaranya sama dengan metode yang sudah diuraikan di atas, namun beberapa lainnya belum ada dalam uraian di atas. Metode-metode tersebut adalah:

  1. Pendekatan Philologi. Model pendekatan ini menekankan pada analisis kebahasaan. Asumsi dasarnya bahwa suatu ajaran agama itu
    disampaiakan secara turun-temurun menurut tradisi ujaran dan tulisan yang direkam dalam bahasa baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu untuk mengetahui suatu ajaran agama dan sekaligus perkembangan dari agama itu sendiri dapat diungkap dari ujaran dalam bentuk mitos misalnya atau dari tulisan dalam bentuk kitab suci. Untuk mengungkapkan pesan dan ajaran agama yang ada dalam mitos atau pun kitab suci itu perlu kajian kebahasaan atau philologi.
  2. Pendekatan Arkeologi. Pendekatan ini mencoba mengungkapkan agama dan ajarannya berdasarkan data-data dan fakta-fakta arkeologi yang ditemukan oleh para arkeolog. Barang-barang temuan para arkeolog dalam rupa apapun itu sangat besar manfaatnya dalam mengungkapkan keberadaan atau ajaran suatu agama. Sebagai contoh misalnya pada tahun 1841 ditemukan benda hasil kerajinan manusia dan penemuanpenemuan sesudahnya telah memberikan petunjuk penting tentang kepercayaan dan perbuatan-perbuatan yang bercorak magis agamis berbagai suku bangsa dahulu kala. Atau ditemukannya gua berlukis diberbagai negeri telah memberi data untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan agama manusia sejak awal sejarahnya.
  3. Pendekatan Antropologis. Metode ini menggabarkan perkembangan agama berdasarkan perkembangan keyakinan, budaya, dan tradisi yang ada pada kelompok manusia tertentu. Berdasarkan perkembangan budaya suatu masyarakat maka dapat disusun pula perkembangan keyakinannya. John Lubbock menyusun teorinya tentang keyakinan manusia. Menurutnya, Pada awalnya manusia itu tidak beragama, baru kemudian menganut fetishisme (menyembah alam), kemudian totemisme (keyakinan adanya hubungan antara binatang tertentu dengan suku), lalu menjadi syamanisme (keyakinan pada kekuatan rohani pemuka agama), monotheisme (percaya pada satu Tuhan). Teori lain dikemukakan E.B. Taylor, agama bermula dari animisme, kemudian berubah menjadi fetishisme (percaya hantu), politheisme dan akhirnya monotheisme. James Frazer, berpendapat bahwa awalnya magis, lalu menjadi agama, dan
    terakhir ilmu pengetahuan. Begitu juga August Comte menjelaskan bahwa budaya manusia berkembang dari tingakatan teologis, menuju tingkatan metafisika, berakhir pada tingkatan positif.
  4. Pendekatan Struktural dan Fungsional. Pendekatan ini mencoba mengamati agama dari segi fungsi dan strukturnya dalam masyarakat. Dengan melihat fungsi dan struktur agama dalam suatu masyarakat maka dapat juga dirumuskan berbagai teori tentang asal-usul agama. Misalnya teori tentang totem. Totemisme adalah faktor yang amat penting dan dasar pokok dari agama. Totem adalah lambang ketuhanan atau dewa. Totem adalah personifikasi dari suku. Pandangan ini secara umum menggambarkan, bahwa semua objek penyembahan memainkan peranan penting bagi kelangsungan hidup kelompok.
  5. Pendekatan Sosiologi. Penyelidikan agama secara sosiologis sebenarnya mencoba menerangkan adanya pengaruh masyarakat atas agama dan gejala-gejalanya dan sebaliknya juga pengaruh agama atas masyarakat dan gejala-gejala kemasyarakatan. Berbagai problem keagamaan banyak diteliti secara sosiologis, seperti: peranan iman dan amanat sosialnya dalam kehidupan kemasyarakatan, sampai dimana iman dan organisasi agama mempengaruhi secara khusus kehidupan profesional pada umumnya dan orientasi sosial individu pada khususnya, cara-cara bagaimana masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian menjalankan pengaruh atas nama agama, asal mulanya, ajaran-ajarannya, praktek-prakteknya, atau jenis-jenis golongan yang berpegang kepadanya jenis-jenis kepemimpinannya dan sebagainya. Dan sebaliknya bagaimana agama telah menjalankan pengaruhnya terhadap semua tadi.
  6. Pendekatan Perbandingan. Metode ini memberikan uraian tentang agama dan ajarannya dalam segala aspeknya untuk kemudian dikomparasikan dengan uraian yang sama dari agama lainnya. Max Webber telah melakukan studi komparasi di saat ia menguaraikan secara sistematis mengenai bentuk-bentuk kenabian, ide tentang kharisma, kewajiban-kewajiban tetap dan katagori-katagori lainnya tentang agama, yang sudah dijadikan sebagai alat perbandingan dengan bermacammacam materi perbandingan pula.
  7. Pendekatan psikologi. Metode ini muncul pada abad ke-20. Metode ini untuk menjelaskan agama dari segi ilmu pengetahuan, yaitu pendekatan psikologis. Pendekatan ini sebenarnya meliputi dua macam kegiatan yaitu: kegiatan pengumpulan dan klasifikasi data dan kegiatan menyusun dan menguji berbagai keterangan. Salah seorang sarjana yang menggunakan pendekatan ini adalah Sigmund Freud. Dengan teori psiko-analisis ia menjelaskan bahwa agama adalah sebagai bentuk gangguan kejiwaan. Freud mengemukakan pandangannya tentang agama sebagai berikut:
    (1) Keyakinan agama seperti tentang surga dan neraka muncul karena imajinasi kekanak-kanakan atas dasar kenikmatan.
    (2) Keyakinan terhadap Tuhan sebagai bentuk pengalihan dari kesadarannya terhadap bapak yang ditakuti namun saat yang sama butuh kasihnya.
    (3) Doa itu muncul dari rasa bersalah atau dosa yang ditekan karena pengalaman seksual pada masa pertumbuhan.
  8. Pendekatan fenomenologi. Metode ini berdasarkan pada anggapan bahwa agama itu merupakan gejala, baik gejala yang terpisah dari
    manusia, maupun bagian dari gejala kemanusiaan, satu keharusan manusiawi, keharusan mana tidak mungkin dapat dalam salah satu kemampuan istimewa, tapi harus dicari dalam keadaan manusia sebagai individu terhadap dunianya, dalam dasar eksistensi manusiawi. Dengan kata lain, agama dapat dianggap sebagai jawaban manusia terhadap eksistensinya. Fenomenologi agama mencoba melukiskan dan menganalisis bermacam-macam konsep yang terdapat dalam ilmu agama. Jadi, yang dilukiskan dan dianalisis bukan agama-agama, melainkan konsep-konsep yang dipakai oleh para ahli ilmu agama untuk menggolongkan berbagai bentuk dan pola-pola yang membedakan keanekaragaman agama-agama itu. Dus ini merupakan fenomenologi dari gagasan dan konseo-konsep yang diwujudkan oleh berbagai ahli ilmu agama, bukan sebagai fenomenologi dari agama-agama sebagai sesuatu yang terdapat dalam satu masyarakat. Jadi metode fenomenologi mendekati agama dari segi fenomena agama itu sendiri dan dari segi konsep-konsep tentang agama yang dihasilkan dari berbagai ahli ilmu agama.
  9. Pendekatan Teologi. Pendekatan ini bersifat normatif dan subjektif terhadap agama. Pada umumnya pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut suatu agama dalam usahanya menyelidiki agama lain. Maka pendekatan ini bisa disebut metode textual atau pen
Rujukan
  1. Drs. Moh. Rifai, Perbandingan Agama (selanjutnya disebut Perbandingan Agama), cet. VIII (Semarang: Wicaksana, 1984), h. 11[]
  2. H.A. Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama: Suatu Pembahasan tentang Metode dan Sistem
    (selanjutnya disebut Ilmu Perbandingan Agama), (Jakarta: Tintamas Indonesia, 1993), h. 2.[]

Uni Riva

UNI adalah uni yang takkan berubah menjadi ubi

error: Content is protected !!